Postingan

Menampilkan postingan dari 2021

Tiga Puisi Kerikil (Duka Kita Bersama)

Malam Yang Dingin Aku ketemukan, seorang wanita menggigil lantaran hutannya di-gunduli, padahal ia merawatnya ribuan tahun: Ia bersitahan terhadap rasa sakit yang menyuarakan penghabisan Aku ketemukan, seorang anak kecil bersusah payah memintal sisa hari, sambil terisak mengenang bapaknya yang tertimbun bekas galian: Ia meraba-raba Sempatkah mereka mengabarkan padaku? Aku ketemukan, pria tua kepayahan menanak batu, ia uleni bersama keganjilan yang meletup-letup, menaburinya dengan sedikit saja harapan, sebab sebagian yang lain sudah ia jual kemarin sore Lantas ia bertanya: Selepas ini, adakah yang mau membantu Ratuku menanam ribuan pohon? . . . Muncar, 2/07/21 Dan Penjual Yang Kesepian Bahwa cinta tak bisa ditindas "Anglo, teko bocor…. Gelas pecah. Hati tersayat…." Ia tulis begitu, dalam sela-sela catatan untung-rugi Ia melanjutkan "Apakah mampu puisi ini…. Bukan, tentu bukan…." Ia mencoret kata puisi "Maksudku…." Ia melanjutkan sambil tengadah "Adala...

Tukang Patri

Gambar
Tukang Patri Dan Apakah Sebungkus Nasi Mengabarkan Luka? Sekarang, kebanyakan orang, jika mendapati ada panci atau wajannya bocor lebih memilih membuang atau meloakannya, daripada memperbaikinya. Dulu, untuk mengatasi hal demikian, orang-orang akan menggunakan jasa tukang patri. Ya, tukang patri mampu membuat panci yang semula bocor, sekita mujarab lagi buat olah-olah di dapur. Nahas, pada zaman yang sudah tidak ingin ditambal inilah jasa tukang patri tak lagi seberkhasiat dulu. Orang-orang lebih memilih membeli panci baru lantaran daya beli manusia kekinian luar biasa besar, apalagi gengsinya.  Namun, dalam kebocaran zaman yang sedemikian rupa, Tukaji masih setia dengan penggawaiannya itu. Pria sepuh 60 tahunan itu sudah mendedikasikan hidupnya pada alat patri yang usang. Bersama sepeda ontel yang juga reyot, ia mengitari jalan-jalan desa, dengan ketabahan diatas rata-rata ia menunggu pelanggan. Tukaji tidak menyebut semua itu sebagai kemalangan, ia masih menganggap di...

Pekik Hal Dan Lain-lain

Gambar
Pekik Hal Dan Lain-lain Syahdan, gemuruh ombak di tepian pantai Samudro Welas para nelayan dan segala apa yang menjadi kesadaran samudera raya berjalan sebagaimana mustinya. Pada sebuah lincak bambu, sembari menikmati angin semilir yang berembus mengeringkan keringat, Cakil dan Bata sejenak mengaso. Sebab perjalanan jauh mengemban titah Ki Ageng Kala Khawatir.  "Kalau mungkin yang aku kenang hanya masa depan, haruskah aku pergi ke masa lalu?" Tukas buto Cakil kepada buto Bata. "Kalaulah dia berada di sana, masihkah mampu waktu mengutuk pertemuan?" Lanjutnya. "Hus! Ngawur kamu itu. Ngomong mbok-ya sing jelas. meskipun kita buto, bukan berarti kita harus serakah. Ngomongmu itu sudah seperti menteri-menteri Yunani kuno wae. Ayolah, kita berperan seperti biasa saja" sahut buto Bata, sembari menyulut perdiangan pada ujung bibirnya. "Lah! Dirimu, kan, belum mengalami yang namanya cinta, to, belum tahu rasanya rindu, kan?" Tanggap Cakil, sek...

LARUNG

Gambar
Sembari menunggu ayahmu pulang Ibumu telah usai menimang kata-kata : Ia menidurkannya Lantas ia sepenuhnya wanita perkasa Membopong matahari dari perantauan Sebab puisi pun tak mampu Mengarungi samudera seperti ayahmu Dan Ibumu mengolah rembulan Sebagai bekal ayahmu di malam hari Lalu di tepi pantai Kalimoro Kau mulai merapal mantra : Semoga hidup baik-baik saja Sedangkan di sana Pada luas samudera raya Ayahmu masih sibuk menjala doa-doa Yang kau selipkan dalam dadanya Sebagaimana seharusnya Semilir angin mengeringkan keringat Dengan tubuh yang masih di balut laut Kau bertanya: Apakah di sana ada harapan? Kalimoro/2021/puisi/doa

Ketika Bilung Pergi Memancing

Gambar
[Ketika Bilung Pergi Memancing] Medan pertempuran itu tidak pernah gersang sama sekali, umpamanya hanya terik yang tidak adil: itu juga ada yang menafsirkan bahwa hidup perlu berteduh. Bahwa setiap dari kita hendaknya perlu waktu untuk sejenak manakar ulang segalanya. Ya, hidup ini memang keras. Meskipun, ada juga dari kita yang dengan segalanya memilih untuk tidak pernah berteduh, walau itu berarti harus membakar habis seluruh jiwa raga. Bilung, satu seorang abdi raja-raja yang barangkali tidak pernah ingin berteduh. Sebab, pikirnya, perang akan kesetiaan juga tidak boleh mangkir, maksudnya, memilih sebuah pilihan dalam hidup. Karena hidup ini pilihan, pikirnya. Entah apa yang kita pilih nanti, yang pasti waktu menuntut segala hal. Kali ini Bilung sedang cuti akbar, ia memutuskan untuk pergi memacing, ya, betul, itu hobi yang lumrah serta murah untuk orang semacam Bilung. Ia pergi memacing sendirian, meminjam sebuah sampan kecil milik Petruk, tepatnya, ia akan bilang kepad...

KUTIPAN HARI TUA

Gambar
Ini ialah waktu bagi siapapun untuk menjaga Pada sebuah kursi roda Sepasang sayap menunggu Pertanyaan-pertanyaan muskil Diantara lembah  Dan ngarai ujung matanya Ini ialah waktu bagi siapapun untuk menjaga Sebuah kursi roda Sepasang kekasih memantau hari Dalam sebuah mantra pertemuan Diantara lembah Dan tubir kata-katanya Adakah pada matahari yang ranum Sebuah jawaban? Adakah pada bintang-gemintang Arak-arakan pesta raya? Sehingga pada nadiku dan nadimu segera memintal sisa hari. Sehingga pada setiap hembus nafasku dan nafasmu mampu bersitahan terhadap rasa sakit. Sehingga pada akhir kalimat ini, aku enggan merelakanmu. __________________________________________________24/04/21/malam/tembakau/bwi

Fasihat Candra

Gambar
|•| Aku hendak melihat gugurnya musim, saban hari, menggulirkan ketiadaan. Pada helaian dedaun gugur musim itu, aku menyulam pangkal kelahiran waktu, berharap kenangmu sampai habis kebosanan. Lalu, pada bait-bait tanpa kaidah ini, selalu ada cara lain mengkotbahkan madah syukur suka-cita atas nama mu: yang dengannya aku mengenal penantian. |••| Aku hendak mendengar desah nafas kemungkinan, bintang-gemintang, saban hari, menirukan suara kesunyian. Pasal-pasal ketidakberdayaan yang menuntut menang. Apa nyali akan menyusut ketika kau menemukanku? Lantas cahayamu yang menyelimuti. |•••| Pada hidup yang ditasbihkan, dirimu getarkan kebenaran, yang dengannya aku menyusuri batas dunia ini. Sebagaimana janji abadi pengetahuan Nirmala, degup yang menjalar selepasnya, menghantarkan kesejatian kasih sayang. __________________________________________________ Bwi/puasa/doa/dosa/2021

SERIBU TAHUN

Perjalanan Seribu Tahun Diceritakan oleh yang termasyhur, perjalan yang tidak pernah usai. Seribu sembilan ratus tujuh puluh tiga. Melewati perang, wabah, persebaran manusia sampai perkembangan teknologi informasi. Dari kayu menuju plastik. Dari sebab menyuarakan kelahiran akibat. Dari batu menjadi batu. Syahdan, berkat bantuan air penghidupan, ia masih mampu menghitung jumlah. Serta dengan kerinduan yang mendalam ia mampu mengukur kemampuan. Waktu itu, seribu dua puluh tiga, ketika ia sampai pada daratan yang penuh dengan primata, ia meletakkan tangannya pada bongkahan batu serta bergegas menemui seseorang--yang menurut mimpinya--berada di pulau tersebut. Orang-orang menjulukinya sebagi pulau pertemuan, sebab seperti kebanyakan mitos, barangsiapa yang datang menuju pulau tersebut, maka harapannya akan sampai. Pertanyaannya ialah, bagaimana seseorang yang akan ditemui oleh Adam itu akan mengetahui juga, bahwa ia akan dicari oleh seseorang? Ketika itu pula, Adam menyusuri setiap kemungk...

LANDEP KANSELIR

Gambar
PERLAWANAN TERHADAP RASA SAKIT Ia termenung di sudut pekarangan rumah, pintu belakang, pada sebuah kursi plastik ia bersandar. Memandangi ayam-ayam. Menunggu gerimis reda bersama kepulan asap rokok. Tidak ada kopi. Hanya kenangan pahit masa lalunya yang ia habiskan perlahan. Tanpa menyisakan pengampunan. Sedikit pun, bahkan pada rasa sakit yang menyuarakan penghabisan. Landep Kanselir memang selalu demikian, waktunya habis diantara sudut-sudut rumah. Kalau tidak di pekarangan, ya di kamar, kalau tidak ya.... pokoknya di dalam rumah. Hanya begitu. Tidak ada yang istimewa darinya. Tidak ada yang ia banggakan. Memang begitu. Serta matanya selalu kosong untuk menilai segalanya. Pria 29 tahun itu masih bujang. Ia tinggal bersama pamannya, yang setiap hari, hampir tidak ada di rumah, mungkin bekerja, sedangkan bibinya sudah beberapa tahun pergi ke luar negeri, menjadi TKI. Karena Landep belum bekerja betulan, maka--karena ia juga nunut tinggal di rumah pamannya--ia ditugasi menga...

Empu hayat dan Tekpo Remi Dominoeus

Gambar
Asap perdupaan itu membumbung tinggi. Mantra-mantra. Bebungaan itu sekalipun tidak lupa. Semua orang hari itu sedang sibuk. Hal besar akan terjadi: sebuah terobosan dalam dunia manusia kala itu. Desa sedang mempersiapkan kemajuan. Wanahayu sedang punya hajat! Kemajuan wanahayu ditakar dengan masihnya masyarakat setempat menghargai tradisi luhur, berkirim doa-doa sebagai madah syukur suka-cita atas pemberian alam yang melimpah ruah. Bukan melulu hal klenik yang mereka lakoni, namun, konsep penghargaan kepada alam-lah yang tengah mereka khotbahkan. Pada sebuah balai besar, terlihat banyak sekali sesajen, buah buahan, orang-orang khusyuk, anak-anak serta segelintir remaja tanggung. Diantaranya terlihat Tekpo Remi Dominoeus, seorang remaja yang serba melankolis hidupnya. Kata orang pintar, Tekpo sedang mendalami laku hidup 'judi-isme' , entah makanan apa itu, yang jelas hidupnya serba mendayu-dayu. "Ayo tebak, orang-orang itu sedang apa?" Tanya seorang anak pa...

BERSEKOLAH

MASA LALU Pagi hari ini terasa lebih dingin dari biasanya, lebih dingin dari kemarin dan hari-hari sebelumnya. Alhasil saya harus mengenakan jaket tebal dan tubuh saya masih harus saya bungkus menggunakan sarung—meskipun hanya duduk diruang tamu, tapi hari ini benar-benar dingin.  Mengingat daerah kami bukan berada di lereng gunung ataupun dataran tinggi, dekat dengan pantai malahan, cuaca semacam ini menjadi perbincangan sendiri bagi warga kampung. Saya memang bukan seorang ahli cuaca atau sejenisnya, tapi melihat mendung yang berarak seakan menghampiri, saya kira akan turun hujan. Itu juga saya rasa dari keadaaan  yang mulai lembab, siut angin, keadaan yang redup dan hujan pun turun.   Hari ini saya tidak berangkat bekerja, kata dokter pribadi saya—istri saya maksudnya—saya harus istirahat dulu. “Jangan mengajar dulu, kamu sakit, kasihan murid-muridmu nanti” katanya. Sudah dua hari saya tidak berangkat ke sekolah, karena terserang flu, dan hidung saya meler karenan...

CATATAN KEJAHATAN

Gambar
Salam waras akal budi untuk kita semua. Rahayu. Dan berikan 'salam' pada siapapun yang kita temui. Saya tidak berusaha sedang menafsirkan apa yang sudah saya dapatkan belakangan ini (meskipun saya juga ragu, bahwa saya telah mendapatkan sesuatu, sebetulnya) dan mungkin juga, kata menafsirkan seperti menyihir isi daripada catatan ini menjadi lebih bertuah. Sebenarnya, ini sekadar omong kosong. Sekadar tulisan. Tidak lebih. ESPISTEMOFOBIA SOLILOKUI : Jalan terjal pengetahuan manusia Seluruh kemajuan ini--yang semakin mendesak--saya menyebutnya sebagai sesuatu yang terbengkalai. Pasalnya, apa yang hendak orang-orang besar cita-citakan, perlahan menumbalkan apa yang menjadi cita-cita kita bersama: keadilan yang berdaulat atas apapun. Kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, hanya angan-angan yang bisa kita suarakan lewat mimpi. Kita seringkali harus merayakan pembangunan dengan cara yang mungkin paling sederhana, namun dengan persiapan yang mampu menguras tenaga. Maka, kema...