Tiga Puisi Kerikil (Duka Kita Bersama)
Malam Yang Dingin
Aku ketemukan, seorang wanita menggigil lantaran hutannya di-gunduli, padahal ia merawatnya ribuan tahun:
Ia bersitahan terhadap rasa sakit yang menyuarakan penghabisan
Aku ketemukan, seorang anak kecil bersusah payah memintal sisa hari, sambil terisak mengenang bapaknya yang tertimbun bekas galian:
Ia meraba-raba
Sempatkah mereka mengabarkan padaku?
Aku ketemukan, pria tua kepayahan menanak batu, ia uleni bersama keganjilan yang meletup-letup, menaburinya dengan sedikit saja harapan, sebab sebagian yang lain sudah ia jual kemarin sore
Lantas ia bertanya:
Selepas ini, adakah yang mau membantu Ratuku menanam ribuan pohon?
..
.
Muncar, 2/07/21
Dan Penjual Yang Kesepian
Bahwa cinta tak bisa ditindas
"Anglo, teko bocor…. Gelas pecah. Hati tersayat…."
Ia tulis begitu, dalam sela-sela catatan untung-rugi
Ia melanjutkan
"Apakah mampu puisi ini…. Bukan, tentu bukan…."
Ia mencoret kata puisi
"Maksudku…." Ia melanjutkan sambil tengadah
"Adalah kata-kataku ini menyelamatkanku dari kesepian?"
Aduh… duh... waduh
Ayo dendangkan saja kidung yang mengisahkan Muncar
Muncar adalah kecamatan di kabupaten Banyuwangi. Muncar merupakan salah satu tempat penghasil ikan terbesar di Nusantara.
(Begitu bunyinya kalau saya searching dibeberapa kanal informasi)
Aduh… duh... waduh
Saya jadi kepikiran, dong
Kemarin, bapak dan ibu pejabat kemari ngutang apa saja, ya?
Wah, mampus aku
.
.
.
Muncar, 3/07/21
Meramu Doa
Ia yang bergegas menunaikan waktu
Mengusahakan diri untuk tidak lagi menghitung
Bahkan
Tidak kurang seribu kali
Ia ingin mengakhiri penderitaan
"Tidak ada yang bisa kita makan selain penderitaan."
Tapi kelak
Akan kau tanam pada bekas ladang garapan sutradara film sebutir padi
Perlahan menguning sebelum lolos lembaga penyiaran
Idenya
Lantas semua rakyat tidak lagi mengunyah harapan dari salurun iklan-iklan penghantar tidur
Tapi
Toh semuanya sudah diatur
Dan apabila kata-kata tak sanggup melayanimu
Maka hiduplah seribu tahun lagi
.
.
.
Muncar, 10/07/21
Masyawoh
BalasHapus