Berdamai dengan Keadaan
Hati kita terkelupas, dan debu-debu kelemahan memenuhinya. Menggumpal. Menyumbat kejernihan pikiran. Menutup pintu-pintu penyelesaian.
Ada kalanya kita merasa sudah tak mampu lagi melangkah, lantaran takut seandainya marabahaya meminta upeti. Menyandera jiwa. Menjadikan kita mayat hidup. Terseok-seok. terseok-seok tanpa arah.
Ditengah keterombang-ambingan dunia itu kita merasa sendirian, dan mulai bertanya-tanya.
Alangkah waktu bekerja dengan teramat cepat, dan tak mau menunggu siapapun. Demi apapun. Bagaimanapun. Tanpa ampun.
Dan penyesalan-penyesalan selalu mampu menyusup kedalam kepala. Mengizinkan kita mengandai-ngandaikan sesuatu di luar kemampuan, membuat kita mudah tergelincir dan jatuh kedalam setiap pengertian yang keliru.
Betapa ringkih dan getasnya kita dalam menghadapi dunia ini. Kita mudah ditipu dengan kesementaraan. Kita mudah luluh dengan kesenangan-kesenangan palsu. Terlena, dan terlelap seraya berharap semua baik-baik saja tanpa beranjak dari tempat tidur.
“Wahai Pemelihara kami, sesungguhnya kami telah berbuat dzhalim terhadap diri-diri kami. Dan jika Engkau tidak memberi ampunan untuk kami dan merahmati kami, sungguh benar-benar kami menjadi termasuk dari golongan orang-orang yang rugi.”
Muncar/28/1/2025
Komentar
Posting Komentar