Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2021

LANDEP KANSELIR

Gambar
PERLAWANAN TERHADAP RASA SAKIT Ia termenung di sudut pekarangan rumah, pintu belakang, pada sebuah kursi plastik ia bersandar. Memandangi ayam-ayam. Menunggu gerimis reda bersama kepulan asap rokok. Tidak ada kopi. Hanya kenangan pahit masa lalunya yang ia habiskan perlahan. Tanpa menyisakan pengampunan. Sedikit pun, bahkan pada rasa sakit yang menyuarakan penghabisan. Landep Kanselir memang selalu demikian, waktunya habis diantara sudut-sudut rumah. Kalau tidak di pekarangan, ya di kamar, kalau tidak ya.... pokoknya di dalam rumah. Hanya begitu. Tidak ada yang istimewa darinya. Tidak ada yang ia banggakan. Memang begitu. Serta matanya selalu kosong untuk menilai segalanya. Pria 29 tahun itu masih bujang. Ia tinggal bersama pamannya, yang setiap hari, hampir tidak ada di rumah, mungkin bekerja, sedangkan bibinya sudah beberapa tahun pergi ke luar negeri, menjadi TKI. Karena Landep belum bekerja betulan, maka--karena ia juga nunut tinggal di rumah pamannya--ia ditugasi menga...

Empu hayat dan Tekpo Remi Dominoeus

Gambar
Asap perdupaan itu membumbung tinggi. Mantra-mantra. Bebungaan itu sekalipun tidak lupa. Semua orang hari itu sedang sibuk. Hal besar akan terjadi: sebuah terobosan dalam dunia manusia kala itu. Desa sedang mempersiapkan kemajuan. Wanahayu sedang punya hajat! Kemajuan wanahayu ditakar dengan masihnya masyarakat setempat menghargai tradisi luhur, berkirim doa-doa sebagai madah syukur suka-cita atas pemberian alam yang melimpah ruah. Bukan melulu hal klenik yang mereka lakoni, namun, konsep penghargaan kepada alam-lah yang tengah mereka khotbahkan. Pada sebuah balai besar, terlihat banyak sekali sesajen, buah buahan, orang-orang khusyuk, anak-anak serta segelintir remaja tanggung. Diantaranya terlihat Tekpo Remi Dominoeus, seorang remaja yang serba melankolis hidupnya. Kata orang pintar, Tekpo sedang mendalami laku hidup 'judi-isme' , entah makanan apa itu, yang jelas hidupnya serba mendayu-dayu. "Ayo tebak, orang-orang itu sedang apa?" Tanya seorang anak pa...

BERSEKOLAH

MASA LALU Pagi hari ini terasa lebih dingin dari biasanya, lebih dingin dari kemarin dan hari-hari sebelumnya. Alhasil saya harus mengenakan jaket tebal dan tubuh saya masih harus saya bungkus menggunakan sarung—meskipun hanya duduk diruang tamu, tapi hari ini benar-benar dingin.  Mengingat daerah kami bukan berada di lereng gunung ataupun dataran tinggi, dekat dengan pantai malahan, cuaca semacam ini menjadi perbincangan sendiri bagi warga kampung. Saya memang bukan seorang ahli cuaca atau sejenisnya, tapi melihat mendung yang berarak seakan menghampiri, saya kira akan turun hujan. Itu juga saya rasa dari keadaaan  yang mulai lembab, siut angin, keadaan yang redup dan hujan pun turun.   Hari ini saya tidak berangkat bekerja, kata dokter pribadi saya—istri saya maksudnya—saya harus istirahat dulu. “Jangan mengajar dulu, kamu sakit, kasihan murid-muridmu nanti” katanya. Sudah dua hari saya tidak berangkat ke sekolah, karena terserang flu, dan hidung saya meler karenan...

CATATAN KEJAHATAN

Gambar
Salam waras akal budi untuk kita semua. Rahayu. Dan berikan 'salam' pada siapapun yang kita temui. Saya tidak berusaha sedang menafsirkan apa yang sudah saya dapatkan belakangan ini (meskipun saya juga ragu, bahwa saya telah mendapatkan sesuatu, sebetulnya) dan mungkin juga, kata menafsirkan seperti menyihir isi daripada catatan ini menjadi lebih bertuah. Sebenarnya, ini sekadar omong kosong. Sekadar tulisan. Tidak lebih. ESPISTEMOFOBIA SOLILOKUI : Jalan terjal pengetahuan manusia Seluruh kemajuan ini--yang semakin mendesak--saya menyebutnya sebagai sesuatu yang terbengkalai. Pasalnya, apa yang hendak orang-orang besar cita-citakan, perlahan menumbalkan apa yang menjadi cita-cita kita bersama: keadilan yang berdaulat atas apapun. Kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, hanya angan-angan yang bisa kita suarakan lewat mimpi. Kita seringkali harus merayakan pembangunan dengan cara yang mungkin paling sederhana, namun dengan persiapan yang mampu menguras tenaga. Maka, kema...