LANDEP KANSELIR

PERLAWANAN TERHADAP RASA SAKIT Ia termenung di sudut pekarangan rumah, pintu belakang, pada sebuah kursi plastik ia bersandar. Memandangi ayam-ayam. Menunggu gerimis reda bersama kepulan asap rokok. Tidak ada kopi. Hanya kenangan pahit masa lalunya yang ia habiskan perlahan. Tanpa menyisakan pengampunan. Sedikit pun, bahkan pada rasa sakit yang menyuarakan penghabisan. Landep Kanselir memang selalu demikian, waktunya habis diantara sudut-sudut rumah. Kalau tidak di pekarangan, ya di kamar, kalau tidak ya.... pokoknya di dalam rumah. Hanya begitu. Tidak ada yang istimewa darinya. Tidak ada yang ia banggakan. Memang begitu. Serta matanya selalu kosong untuk menilai segalanya. Pria 29 tahun itu masih bujang. Ia tinggal bersama pamannya, yang setiap hari, hampir tidak ada di rumah, mungkin bekerja, sedangkan bibinya sudah beberapa tahun pergi ke luar negeri, menjadi TKI. Karena Landep belum bekerja betulan, maka--karena ia juga nunut tinggal di rumah pamannya--ia ditugasi menga...