Suatu Hari
aku melihat angka-angka berkelok membentuk waktu
jarum-jarum berbenturan mengikat detik, menit, jam yang saling bekejaran lalu menjadi airmata
menghitung maju-mundur suatu peristiwa ke satu kejadian
Seakan apa lagi
dan demi memecah sia-sia
ingatan itu pantas berkehendak
kala itu saudaraku
aku berdiri dikepak trotoar
di-terangi cahaya nampak suram
merah, hijau, kuning lampu-lampu lalu lintas perkotaan
aku melihat seorang anak mengais makanan di-tong sampah pinggir kota
aku melihat seorang anak tidur beralas koran di-jembatan penyebrangan dan anak yang lain
mandi-berenang di-air mancur taman kota
aku melihat seorang anak lahir tanpa ayah di-jalan-jalan raya sekaligus melihat mereka
terbaring bersama asap-asap pembangunan
aku melihat seorang anak memakan jasad temannya yang sedang sekarat
aku melihat seorang anak tanpa ayah tanpa ibu di-asuh-kasihi gedung-gedung kaca hanya
dengan megahnya
kala itu saudaraku
aku mendengar seorang anak mati di-hajar massa karena kedapatan mencuri sebungkus aman dalam pusat peribadatan kota raya
aku mendengar seorang anak terkena penyakit kelamin
aku sendiri mendengar seorang anak menjual urat nadinya demi seteguk air minum
aku melihat seorang anak di-tendang perutnya karena kedapatan tidak bisa membaca sebuah
peraturan
“pemulung di-larang masuk!”
pada pusat pemerintahan
kasihan
sebagian anak-anak hanya bisa makan lewat mimpinya lalu mati dalam tidurnya
dan apakah kata-kata telah usai membaca penderitaan(?)
saudaraku
banyak yang kulihat
sudah sesak telingaku
bantulah aku melihat, mendengar, merasakan
"Indonesia raya, merdeka, merdeka
Hiduplah Indonesia raya"
dan kala itu saudaraku
aku melihat, mendengar, sekaligus merasakan
anak-anak itu adalah aku, kau, kita: Indonesia yang tak merdeka
anak-anak itu adalah setegak tugu dan karang-karang yang di-lalui lelautan
sebagaimana pula ia menimbun penderitaan
anak-anak itu adalah aku, kau, kita: Indonesia yang tak merdeka
anak-anak itu adalah kokohnya penghidupan dan nafas-nafas yang dihampiri angin
persawahan
(Sakit apa indonesiaku
Sakit apa indonesiamu
Penyakit apa yang menyerangnya
Dan siapa yang merasakannya)
dengarlah
pada hati yang di-beri pelajaran anak-anak itu bekerja
mengizinkan pikirannya mencari makna yang di-asingkan kata-kata
dengan segenap cinta ia bertanya:
apakah kemajuan tidak membiarkan anak-anak bermain dengan damai(?)
apakah pembangunan membiarkan anak kandungnya menjadi gelandangan(?)
saudaraku
merekalah hakim keadilan
merekalah juri kemanusiaan
__________________________
suatu hari pada perjalananku yang lain dan tidak sedang iseng:
aku mengharap tidak melihat dan mendengar anak-anak Indonesia tak merdeka
#sby-bwi
Komentar
Posting Komentar